Tuesday, June 19, 2018

FILOSOFI MUDIK LEBARAN

FILOSOFI MUDIK LEBARAN
14 Juni 2018

BIASANYA saat ramadhan atau menjelang lebaran nampak di terminal, bandara, pelabuhan, stasiun penuh sesak oleh para perantau yang akan melakukan perjalanan pulang ke kampung asal, untuk bertemu keluarga serta sanak saudara di rumah. kehadiran mereka telah dinanti-nati oleh kuarga di rumah kampung asal. Mudik telah menjadi fenomena yang mengakar di kalangan masyarakat, mereka yang berkerja ataupun menuntut ilmu di rantauan akan kembali pulang di saat menjelang lebaran.
Moment mudik menjadi pemberitaan di berbagai media masa di Indonesia khususnya. Media-media bergemuruh menginformasikan aktifitas mudik mulai dari H-3 hingga H+3 lebaran. fenomena mudik memberikan keberkahan tersendiri bagi sebagian kalangan yang dapat meraup keuntungan ekonomi yang cukup signifikan.
fenomena mudik memberikan banyak pertanyaan kenapa mudik dilakukan? dan apakah mudik harus dilakukan. Peratanyaan-pertanyaan tersebut sesungguhnya tidak perlu dijawab karena secara manusiawi, manusia memiliki kebutuhan manusia yang harus dipenuhi.

Fitrah "Kembali ke Asal"
Pada perinsipnya manusia berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan. Konsep ketuhanan yang tidak dapat dinafikan oleh makhluk Tuhan termasuk manusia. Setiap orang yang ini melangkah maju kedepan, harus melangkah mundur satu langkah untuk dapat melejit lebih jauh.
Dalam konteks mudik, setiap pribadi dengan sendirinya akan merindukan kampung halaman. Hal ini merupakan upaya penyadaran yang dilakukan oleh manusia untuk melakukan penyegaran moral. siapa saja yang ingin hijrah menuju sesuatu yang lebih baik, maka dengan sendirinya manusia butuh semangat moral yang lebih baru yaitu dengan melangkah mundur untuk mendapatkan loncatan yang lebih jauh. Bila saja seseorang rindu dengan keluarga dan rasa ingin bertemu merupakan hal yang wajar. maka dari itu, mudik adalah keniscayaan yang lumrah dilakukan oleh setiap muslim khususnya.
Rasa rindu itulah, yang apabila dipenuhi dengan bertemu dengan orang terkasih di kampung halaman, semangat baru dengan sendirinya akan muncul dan apabila kembali ke perantauan pasti akan membawa semangat yang berlipat untuk membenah diri menjadi lebih baik.
Apabila dikaitkan dengan perjanjian primordial dengan Tuhan yang telah dilakukan manusia ketika berada di alam ruh, maka naluri kembali ke asal merupakan suatu keharusan yang tidak bisa ditolak oleh siapapun.
oleh karenanya, mudik kembali ke kampung halaman merupakan suatu keniscayaan, fitrah asasi yang mutlaq dan wajar dilakukan untuk memenuhi kebutuhan psikologis, agan menjadikan hidup lebih nyaman dan damai. sebelum kembali ke asal yang sesungguhnya, yakni menghadap Allah SWT kelak.

Dalam konteks agama, seseorang yang tidak memiliki orientasi kembali ke asal dinamakan tersesat. Orang yang tersesat cenderung tidak memiliki tujuan hidup yang jelas dan bingung arah tujuan mau kemana.
Ketersesatan merupakan suatu kondisi yang ironi. bahkan dalam konteks agama manusia yang tersesat digambarkan dalam Al-Qur'an, ialah orang yang bingung karena kehilangan arah. dan orang-orang seperti itu karena tidak memiliki orientasi ketuhanan sama sekali. Hampa.

No comments:

Post a Comment

PESAN PENTING DARI BUKU SEBUAH SENI UNTUK BERSIKAP BODO AMAT

PENDEKATAN YANG WARAS DEMI MENJALANI HIDUP YANG LEBIH BAIK 10 AGUSTUS 2019 R. FARADIGMA NalarAsa Buku ini dapat membantu kita untuk ...