Saturday, October 27, 2018

PERJALANAN WISATA DI BALIKPAPAN


Gambar terkait 

PESONA WISATA BALIKPAPAN 
5 JAM DI BALIKPAPAN DAPAT MENIKMATI BERAGAM WISATA
21 Oktober 2018
Riam Faradigma
NalarAsa

Mendapat penerbangan pesawat Banjarmasin Palu dengan rute pulang pergi mengharuskan saya untuk transit di Kota Balikpapan dengan durasi yang cukup lama kalau hanya mununggu di Bandara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan. Sekitar 5 jam saya harus menunggu pesawat di Bandara Sepinggan yang akan membawa saya melanjutkan perjalanan dari Palu ke Banjarmasin, saya akan menyulap waktu menunggu tersebut dengan hal yang menyenangkan yaitu berwisata ke beberapa objek wisata di Balikpapan yang letaknya tidak jauh dari Bandara Sepinggan. Dengan koneksi sosial yang luas, saya mendapat bantuan dari rekan di Balikpapan yang bersedia untuk menemani saya mengeksplos beberapa objek wisata yang berada tak jauh dari Bandara Sepinggan.
Petualangan Eksplor Objek Wisata Balikpapan dimulai
Tidak banyak persiapan yang harus dilakukan untuk sebuah perjalanan singkat di Balikpapan. Membawa uang secukupnya untuk transportasi, membayar biaya retribusi masuk objek wisata dan membeli sovenir serta jajanan khas. Membawa kamera dengan beberapa baterai cadangan dan segala serdadunya agar dapat dengan mudah mengambil gambar-gambar terbaik saat mengeksplor objek wisata yang akan dikunjungi atau dapat menggunakan kamera HP. Mengenakan pakaian yang nyaman baik untuk mendukung aktivitas eksplorer agar lebih lincah dan dapat optimal dalam menikmati setiap perjalanan wisata. Menentukan tempat tujuan dapat menggunakan google serch untuk menggali informasi mengenai objek-objek wisata di situs resmi Dinas Pariwisata Kota Balikpapan, selain itu dapat menggunakan media sosial untuk dapat melihat gambar-gambar yang diambil oleh para pengunjung serta testimoni mengenai objek wisata tersebut dari para pengunjung sebelumnya. Jangan khawatir kehilangan arah karena ada google maps yang dapat membatu menunjukan arah serta jarak menuju objek wisata yang akan dituju. ada tiga objek wisata yang jaraknya tidak jauh dari Bandara Sepinggan Balikpapan yaitu Wisata Hutan Mangrove Pendopo Teritip, Wisata Pantai Lamaru dan Wisata Kuliner Raja Kepiting.

Balikpapan adalah sebuah kota di Kalimantan Timur, Indonesia. Kota ini memiliki perekonomian terbesar di seantero Kalimantan, dengan total PDRB mencapai Rp79,65 triliun pada tahun 2016. Balikpapan ini memiliki sejuta pesona dan panaroma alam yang menakjubkan dan masih banyak yang tersembunyi, sehingga masih banyak orang yang belum mengetahui akan keindahan dan tempat keren yang ada di Balikpapan. Adapun objek wisata yang dapat dikunjungi yang letaknya tidak jauh dari Bandara Sepinggan Balikpapan, diantaranya:

Wisata Hutan Mangrove Pendopo Teritip
Satu kawasan yang ditetapkan sebagai Desa Wisata oleh Dinas Pariwisata Balikpapan. Taman wisata dan penelitian itu berada di Gg. Teritip Kelurahan Teritip, Kecamatan Balikpapan Timur. Sekitar 28 kilometer dari pusat kota. Rumah-rumah penduduk di kawasan ini masih jarang. Banyak lahan kosong ditumbuhi pepohonan liar dan kelapa. Teritip dikenal sebagai pemasok kelapa muda.  Hutan Mangrove Pendopo Teritip sekrang dijadikan DPML (Daerah Perlindungan Mangrove dan Laut), pemerintah Kota Balikpapan menjadikan daerah ini sebuah kawasan konservasi. Sebagai salah satu kawasan pesisir, keberadaan mangrove penting untuk mencegah abrasi. Tindakan yang dilakukan pemerintah antara lain menggalang masyarakat menanam bibit bakau. Ini terlihat dari beberapa bibit yang mulai tumbuh. Jembatan kayu sepanjang kira-kira setengah kilometer dengan lebar setengah meter membelah mangrove. Jembatan kanopi ini sangat kuat karena dibuat dari kayu ulin. Di kiri dan kanan jembatan, pohon bakau menjulang cukup tinggi. Namun tidak terlihat adanya primata yang biasa menghuni mangrove, bekantan.  Ada banyak aktivitas bisa kita habiskan di tempat ini. Selain memancing atau berenang, banyak spot fotografi yang menunggu untuk diekplorasi. Bagi pengunjung yang ingin mendirikan tendan atau sekedar berkemah di malam hari bisa dilakukan disini bersama-sama. Pemandangan matahari terbenam di dekat pantai dengan hutan bakau ini menakjubkan untuk dinikmati, terutama saat pantai sedang pasang surut.



Wisata Pantai Lamaru
Salah satu pantai yang menarik dan banyak dikunjungi adalah Pantai Lamaru, sebuah pantai dengan pasir putih yang indah dan pemandangan unik yang tesaji di sepanjang pantai ini. pesona Pantai Lamaru sangat terkenal bagi wisatawan lokal. Pantai Lamaru memiliki kelebihan tersendiri dibanding dengan beberapa pantai yang ada di Kalimantan Timur. Bagi Anda yang sering berlibur bersama teman atau keluarga, Pantai Lamaru merupakan pilihan tepat dan sempurna. Pantai ini menawarkan banyak keamanan, kelebihan inilah yang menjadi daya tarik dan primadona tujuan wisata pantai untuk keluarga. Salah satu kelebihan pantai ini dibandingkan dengan pantai yang lain adalah kelandaian pantainya, pasir putih yang memenuhi pantai dengan air laut yang dangkal hingga beberapa puluh meter. Kelebihan itu semakin lengkap dengan bibir pantainya yang luas sehingga dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan bermain, seperti bermain bola, voli pantai dan lain sebagainya. Jangan takut untuk mengajak putra-putri Anda bermain air laut, kondisi gelombang yang sangat bersahabat alias kecil akan memberikan rasa aman tersendiri bagi para orang tua untuk mengajak anak-anak mereka bermain-main dengan air laut. Jika Anda menyapukan pandangan Anda menuju daratan, hal unik lainnya dari Pantai Lamaru akan tersaji. Deretan rimbun pohon cemara yang hijau dan sejuk akan tersaji. 
Jika di pantai-pantai lain pada umumnya Anda akan menemukan pohon kelapa yang menghias pantai maka di Pantai Lamaru rimbunnya pohon cemara hijau nan menakjubkan akan memenuhi pandangan Anda. Di Pantai Lamaru selain Anda dapat berjalan-jalan di sepanjang pantai, juga tedapat kuda dan andong yang dapat Anda sewa untuk berkeliling menikmati suasana pantai dan hijaunya pohon cemara. Terdapat banyak warung-warung di pinggir Pantai Lamaru yang menyediakan penyewaan ban, kapal kayuh (yaitu sejenis perahu yang dijalankan dengan dikayuh seperti sepeda), banana boat dan lain sebagainya.


Wisata Kuliner Raja Kepiting Kenari
Kuliner kepiting merupakan salah satu kuliner khas di Kalimantan Timur khususnya di balikpapan. Rumah Makan Kepiting Kemari yang terletak di jalan Iswahyudi No. 4 Balikpapan merupakan pelopor kuliner kepiting di Balikpapan. Kepiting yang dapat diolah menjadi berbagai cita rasa seperti kepiting masak padang, kepiting lada hitam, kepiting asam manis, kepiting goreng bawang dan masih banyak jenis olahan kepiting lainnya. Kepiting di RM Kenari ini merupakan kepiting pilihan, lihat saja ukurannya yang besar dengan daging yang padat pada tiap cangkangnya dan ada pilihan kepiting betina yang bertelur, LEZAT. 
Harga tiap menunya berbeda dan cukup terjangkkau, untuk kepiting telur dengan berbagai cita rasa per kilonya dikenakan harga Rp. 260.000,- sedangkan untuk kepiting jantan dengan berbagai cita rasa dikenakan harga perkilonya Rp. 220.000. RM Kenari memiliki tempat yang luas dan nyaman, waktu penyajiannya sangat singakat sehingga para pengunjung tidak perlu menunggu lama, serta kemasan yang apik dan aman Kuliner Kepiting RM Kenari ini bisa di kemas untuk dijadikan ole-ole.

Mengakhiri perjalan singkat saya di Balikpapan dengan menikmati kuliner Kepiting masak padan dan kepiting goreng bawang yang ditemani rekan saya yang setia mengantar dan menemani saya ke objek-objek wisata yang telah saya tentukan, tak lupa saya membungkus 2 kg kepiting yang dimasak asam manis dan lada hitam sebagai buah tangan untuk keluarga saya di Banjarmasin. Akhirnya saya harus melambaikan salam perpisahan kepada rekan saya dan saya pun siap melanjutkan perjalan ke Banjarmasin membawa oleh-oleh dan cerita. 

Salam NalarAsa, 2018

Wednesday, October 10, 2018

BENCANA PALU DAN MISI PENYELAMATAN


BENCANA PALU DAN MISI PENYELAMATAN
Riam faradigma
30 September 2018
NalarAsa
Saya dan kedua saudara laki-laki saya tumbuh dan besar dari orang tua yang memiliki profesi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di bawah Kementerian Perhubungan. Hidup berpindah-pindah bukanlah hal yang tabu bagi kami karena mengikuti orang tua yang mengabdi kepada negara dan siap di tempatkan dimana saja diseluruh Indonesia. Awalnya ayah diangkat menjadi PNS di Kota Sorong Provinsi Papua Barat 35 tahun yang lalu, hingga pada akhirnya beliau dimutasi 2011 ke Banjarmasin dan memboyong kami sekeluarga. Penugasan di Banjarmasin melangkahkan ayah ke jenjang yang lebih tinggi dan mendapat penugasan selanjutnya tahun 2015 ke Kota Makassar. Waktu berjalan menjadikan anak-anak beliau menjadi dewasa dan semakin memiliki kediupan masing-masing. Saya bersama suami tetap tinggal di Banjarmasin, adik laki-laki melanjutkan kuliahnya ke Jawa sedangkan kakak laki-laki menjalani kehidupan bersama keluarga kecilnya di Kota Sorong. Ibu setia mendampingi ayah kemana pun ayah ditugaskan.
Tahun 2016 surat keputusan oleh Kementerian Perhubungan dikeluarkan kepada ayah untuk penugasan baru di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah. Ayah ditugaskan sebagai kepala Pelabuhan Pantoloan Teluk Palu yang memiliki tanggungjawab mengkoordinasi pelabuhan-pelabuhan kecil di Sulawesi Tengah, seperti Pelabuhan Wani, Pelabuhan Donggala dan beberapa pelabuhan kecil lainnya. Aktivitas ayah dalam manajerial pelabuhan-pelabuhan yang berada dalam wilayah otoritasnya menjadikan ayah semakin sibuk di pelabuhan dan tidak jarang ibu menunggu hingga larut dirumah.
Tingginya tingkat kesibukan ayah mengakibatkan ayah jatuh sakit di bulan Maret 2017, beliau divonis menderita gagal ginjal, kenyataan tersebut sangat memukul kami sekeluarga. Gagal ginjal dinyatakan kepada pasien yang dimana fungsi ginjalnya tidak dapat berfunsi secara sempurna sehingga memerlukan bantuan proses hemodialisa (HD) lebih dikenal dengan istilah cuci darah yang harus dijalani dua kali dalam seminggu. Ayah meyakini bahwa manusia pada akhirnya akan kembali kepada Sang pemilik kehidupan namun disisa usianya yang telah beranjak 58 tahun, beliau ingin melakukan yang terbaik baik bagi keluarganya dan orang banyak, beliau ingin menjadi sosok yang bermanfaat bagi orang lain hingga akhir hayatnya. Ibu tak pernah absen mendampingi ayah di Palu, dalam kesehariannya ibu mendampingi ayah saat menjalani HD di RS Umum Palu dua kali dalam seminggu, menjadi siaga jika kondisi tubuh ayah droop akibat kelelahan dan mendampingi ayah dalam perjalanan tugas ke berbagai daerah. 
Jumat 28 September 2018 sama seperti jumat diminggu-minggu sebelumnya ayah pulang kerumah dari kantor ba’daAshar, merebahkan badan di tempat tidur bersama ibu dan melihat beberapa tayangan televisi. Samar-samar tersengar suara gesekan pelan, ayah berfikir suara tersebut berasal dari getaran kaki ibu yang sengaja digoyangkan diujung tempat tidur.Sontak ibu menyanggah hal tersebut, ibu tidak sedang menggerakan kaki pada saat itu.Tempat tidur terasa semakin berayun sehingga ayah sontak meloncat dari tempat tidur dan menarik ibu dengan sigap, ayah berusaha membuka pintu yang sulit dibuka karena ayunan tersebut membuat kondisi pintu tidak simetris.Ibu menjadi panik hingga kakinya semakin sulit diayun untuk keluar dari rumah, suara gemuruh dari air di bak kamar mandi dan bunyi besi pagar rumah yang semakin kencang.Suasana saat itu mencekam karena gempa dengan kekuatan 7.7 SR telah menggoncang daratan Teluk palu dan sekitarnya.Ayah berhasil mengeluarkan ibu dari rumah, kemudian beliau masuk kembali kedalam rumah untuk mengambil kunci mobil dan mengunci semua pintu-pintu lalu bergegas masuk ke mobil bersama ibu. Goncangan masih terus terasa, ayah dan ibu melaju kencang menuju tempat yang tinggi untuk mengamankan diri, disepanjang perjalanan ayah dan ibu menyaksikan tiang-tiang listrik yang terus bergerak hingga memutuskan kabel-kabel listrik serta bangunan-bangunan yang roboh.
Saya masih melakukan aktivitas dikantor di Banjarmasin seperti sore-sore biasanya yang sibuk dengan dokumen-dokumen yang harus diadministasikan dan di email. Shalat magrib baru saja usai, tak lama terdengar kabar dari rekan kami bahwa baru saja terjadi gempa dan memiliki potensi tsunami di Palu. Kaget, sontak saya menambil Hp dan mencari nama ibu dan kontak telepon lalu mencoba menghubungkan namun gagal karena terdengar nada tak terjawab dari Hp saya, coba dan coba terus hingga akhirnya tersambung. Terdengar suara ibu yang terengah-engah dari seberang sana, langsung saya muntahkan kekhawatiran saya dengan banyak pertanyaan. Ibu dimana, ayah bagaimana, kalian dimana, apa yang terjadi dan masih banyak lagi pertanyaan yang terlontar dari mulut saya. Saat itu dengan tergesa-gesa ibu menjawab bahwa mereka tidak apa-apa dan mereka telah berada pada tempat yang tinggi dan aman lalu pembicaraan kita terputus karena Hp ibu kehilangan jaringan. Tak selang beberapa lama saya menghubungi kakak dan adik saya yang sedang berada dirumah di Banjarbaru untuk memberi kabar kondisi orang tua kami.
Komputer saya matikankan dan bergegas menuju parkiran mobil lalu pulang melaju dengan kencang, dimobil saya langsung menghubungi trevel rekanan untuk memesan tiket pesawat ke Palu penerbangan pertama di tanggal 29 September. Harga tiket Banjarmasin ke Palu yang melonjak hingga 5 kali lipat dimalam itu tidak mengendorkan keinginan saya untuk bertulak ke Palu. Kami gundah karena sepanjang malam telpon orang tua kami tak dapat dihubungi, tak dapat terpikirkan untuk makan dan tak tenang untuk tidur. Pukul 02.35 tervel rekanan kami menghubungi via pesan bahwa pada tanggal 29 September Bandara Udara Mutiara SIS Al-Jufrie ditutup untuk pesawat komersial yang dikarenakan adanya kerusakan pada landasan pacu sepanjang 400 m, adapun yang dapat mendarat adalah pesawat Angkatan Udara (AU) untuk mengangkut tim medis, relawan dan barang-barang bantuan darurat. Kami bertiga terus berbaik sangka dan memajukan tiket penerbangan menjadi hari minggu 30 September, disamping itu kami terus mencoba menghubungi orang tua kami di Palu. Beberapa kali kami sempat tersambung dengan Ibu, beliau menyampaikan kondisi mereka baik-baik saja. Kata Ibu masih ada gempa-gempa susulan yang tidak terlalu besar, Ayah dan Ibu memberanikan diri untuk pulang ke rumah di pagi hari untuk melihat kondisi rumah dan pelabuhan. 
Kondisi rumah baik-baik saja, adapun yang roboh adalah dinding pagar pembatas, ayah memberanikan diri untuk masuk kerumah untuk mengambil barang-barang berharga, berkas-berkas penting dan bahan makanan yang kemudian dimasukan ke mobil. Setalah dari rumah, ayah dan ibu menuju pelabuhan Pantoloan untuk melihat kondisi yang terjadi disana. Setibanya mereka di pelabuhan nampak pelabuhan Pantoloan porak-poranda dimana kren pengangkut petikemas patah, petikemas yang berhamburan, kapal patroli yang tersapu ke daratan, ruang penumpang yang hancur dengan kursi dan kaca pecah berserakan hingga kantor ayah yang roboh. Kerusakan yang terjadi di Kota Palu, Donggala dan sekitarnya selain disebabkan oleh gempa juga karena terpaan tsunami yang menerjang daratan hingga 2 km.
Pembatalan pemberangkatan dari Banjarmasin ke Palu  kembali terjadi pada hari minggu. Kegelisahan semakin berkecamuk hingga menimbulkan selisih paham diantara saya dan kakak laki-laki saya. Tak urungnya orang yang panik dan gelisah karena kekhawatiran terhadap orang tua yang masih terisolir di daerah pasca bencana, ditambah dengan kesehatan ayah yang memerlukan rawat jalan serta usia orang tua kami yang telah beranjak 58 tahun menjadikan fisik mereka tak sekokoh saat mereka muda dahulu. Kondisi wilayah Palu dan sekitarnya masih terisolir, dimana jalan penghubung Mamuju Palu, Gorontalo Palu dan Parigi Palu masih belum dapat diaksek oleh kendaraan roda empat. Beberapa mobil yang mengangkut bantuan, tim medis dan relawan yang menempuh akses darat hingga malam tanggal 29 September belum dapat masuk ke wilayah Palu dan Donggala, selain itu dikabarkan oleh pemberitaan nasional bahwa bandara Palu akan dibukan untuk penerbangan komersial pada tanggal 4 Oktober . Kami bertiga memikirkan setiap peluang agar dapat menemukan orang tua kami dan membawa mereka ke tempat yang aman serta terkhusus ayah dapat menjalani rawat HD,  mulai dari rencana menyewa helicopter rekanan perusahaan saya dengan biaya sekitar $14.000 Dollar atau setara dengan Rp. 212.800.000 pulang pergi dengan waktu tempuh sekitar 7 jam, ikut dalam pemberangkatan menggunakan pesawat Hercules TNI AU bersama tim relawan dan medis hingga rencana mengendarai mobil via dara dari Makassar ke Palu selama 20 Jam. Menimbang peluang dan tantangan dari setiap pilihan keputusan akhirnya kami berdua ke Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin untuk mencari tiket penerbangan ke Makassar, berharap ketika di Makassar kita dapat menumpang pesawat Hercules TNI AU yang menuju Palu dengan jadawal penerbangan pukul 15.00 sore dan pukul 21.00 malam. 
Bersyukur kami mendapatkan penerbangan Banjarmasin Palu pukul 11.45 dan kami tiba di Makassar pukul 12.55. Setibanya kami di Bandara Hasanuddin Makassar nampak puluhan orang yang menunggu penerbangan pesawat Hercules TNI AU menuju Palu, mungkin saja mereka memiliki tujuan dan niat yang sama dengan kami yaitu ingin mengetahui dan mencari keluarga mereka di Palu. Kami berdua berunding apakah harus menunggu pesawat Hercules TNI AU untuk ikut ke Palu yang dimana pesawat tersebut akan memprioritaskan mengangkut tim relawan, medis dan bantuan darurat, rasanya hanya ada sedikit kemungkinan jika kami dapat menumpak pesawat tersebut. Akhirnya kami memutuskan menelpon jasa rental mobil di Makassar, tak memerlukan waktu lama untuk bernegosiasi harga sewa, kemudian kami berdua meluncur dari Bandara Hasanuddin Makassar menuju Kota Palu. Kakak laki-laki saya yang mengemudikan mobil dan saya terus mencoba menghubungi telepon orang tua kami, saya terus mengirim pesan untuk memberi tahu bahwa kami dalam perjalanan menuju Palu untuk menjemput mereka, berharap pesan-pesan saya dapat dibaca ketika Hp mereka menemukan jaringan.
Mobil melaju kencang melewati kabupaten-kabupaten di Selawesi Selatan, sesekali kami singgah untuk makan dan sholat kemudian kami melanjutkan perjalanan kembali. Senja menjemput malam kami telah memasuki Sulawesi Barat jalannya sepi karena hari semakin larut. Jalan yang cukup panjang terbentang di sepanjang pesisir pantai menyerbakan aroma laut, kami membuka jendela mobil dan mencoba menikmati aroma air laut yang mungkin saja dapat meredakan sedikir rasa khawatir yang masih mencengkram jiwa kami. Dini hari tanggal 1 Oktober kami telah memasuki Sulawesi Tengah, menempuh waktu sekitar 7 jam untuk dapat masuk ke wilayah Palu. Sekitar 20 jam perjalanan kami tempuh dari Makassar ke wilayah Palu dan kami tiba pukul 10 pagi dengan pemandangan Palu dan Donggala yang porak poranda, kami menutup jendela mobil karena ada aroma busuk yang menyengat. Kecepatan mobil kami menjadi lambat karena ada jalanan yang terbelah-belah, terdapat puing-pungi bangunan yang roboh hingga keriuhan orang-orang yang berlarian sambil membawa barang-barang jarahan yang berasal dari swalayan dan took-toko yang rusak. Kondisi pagi itu mencekam, nampak petugas kepolisian yang jumlahnya tidak banyak sambil membawa senjata panjang.
Beberapa pesan dari ibu masuk di Hp saya pada saat kami masih dalam perjalanan menuju Palu, mengabarkan bahwa kondisi mereka baik-baik saja, mereka tidur dipengungsian sementara yang lokasinya di lapangan terbuka dataran tinggi. Setibanya kami di Kota Palu lalu kami bergegas mencari orang tua kami, kami mencari di beberapa pengungsian sementara dan mencari lapangan terbuka di daerah perbukitan seperti yang diinfokan oleh ibu. Ternyata tidak mudah menemukan mereka dalam kondisi kota pasca bencana yang mana jaringan telekomunikasi dan jaringan listriknya terputus, hingga kami berinisiatif menuju ke rumah orang tua kami di daerah Pelabuhan Pantoloan. Pada kanan kiri jalan kami melihat bangunan yang hancur dan tak sedikit kami melihat korban yang terjepit bangunan, korban yang terjepit di pohon hingga korban yang tertimpa petikemas. Nihil, kami tidak menemukan orang tua kami di rumah maupun di pelabuhan. Saya memiliki beberapa teman jurnalis dan wartawan di Palu, sehingga saya mencoba menelpon mereka beberapakali hingga ada salah satu dari mereka tersambung dalam telepon. Kami diinformasikan bahwa keluarga KSOP Pantoloan dalam kondisi aman dan sekarang mereka berada di daerah Tondo, kami pun lansung meluncur ke dataran tinggi Tondo. Naik ke Tondo dan dari kejauhan kami melihat mobil yang biasa di kendarai ayah terparkir, bergegas kami mendekati mobil tersebut dan mulai mencari orang tua kami. Dari satu tenda ke tenda pengungsian yang lain hingga kami mengenali sosok ibu yang tersenyum dari kejauhan, betapa lega dan bahagianya kami berlarian kencang menuju orang tua kami.
Alhamdulillah segala Puji bagi Allah SWT karena kami masih dipertemukan dengan orang tua kami beserta rekan-rekan beliau yang selalu bersama saling membantu dan menguatkan satu sama lain, mereka dalam kondisi baik-baik saja walaupun sudah 3 hari mereka tidak mandi karena minimnya air bersih saat itu. Kami bercakap-cakap membahas langkah selanjutnya untuk dapat keluar dan meninggalkan Palu menuju Makassar, tak jarang kami merasakan gempa-gempa kecil yang merupakan gempa susula. Hal tersebut menambah kondisi yang semakin kalut dan mencekam, trauma yang mendalam bagi korban bencana hingga rasa takut dan tak tenang yang masih menerjang karena gempa-gempa susulan serta semakin maraknya penjarahan. Orang tua kami dan beberapa rekan kerja beliau memutuskan untuk meninggalkan Palu membawa serta keluarga mereka menggunakan mobil menuju Makassar, upaya ini dilakukan guna menyelamatkan diri dari keadaan darurat ke tempat yang lebih aman.
Mobil-mobil kami mempersiapkan BBM yang cukup sebelum kami bertulak meninggalkan palu. Saat itu BBM semakin langka dan kalaupun ada maka harganya semakin tak masuk diakal, namun dalam kondisi yang genting harga mahal pun tak lagi menjadi pertimbangan. Setelah mobil-mobil telah siap dengan BBM, kami pun siap meninggalkan Kota Palu. Kami sempat terjebak kemacetan di Kota Palu menuju keluar kota sekitar 3-4 jam yang disebabkan oleh jalan dua jalur yang sempit penuh dengan kendaraan yang membawa bantuan dari luar Kota Palu dan sebaliknya kendaraan dari Kota Palu menuju ke luar yang cukup ramai. Kakak laki-laki saya mengemudi mobil yang bersisi orang tua kami dan saya mengemudi mobil yang kami sewa beserta rekan-rekan ayah dan keluarga mereka. Mobil-mobil kami melaju kencang, 6 jam kami telah meninggalkan Sulteng, kami sempatkan singgah untuk makan, sholat dan beristirahat, kami melanjutkan perjalanan 5 jam kami meninggalkan Sulbar dan memasuki Sulsel kami menempuh waktu 4 jam perjalanan menuju Makassar dan tiba di Makassar pukul 02.00 pagi di tanggal 2 Oktober 2018. Dalam perjalanan menuju ke Makassar saya telah membeli tiket pesawat pulang Makassar Banjarmasin tanggal 02 Oktober pukul 12.15 siang. Setibanya di Makassar kami langsung menuju rumah di Antang, rumah lama kami yang dibeli ibu sejak saya berkuliah di Makassar 10 tahun lalu. Rekan-rekan ayah memilih langsung kerumah kerabat mereka di Kota Makassar.
Merebahkan badan adalah keinginan awal ketika sampai dirumah, hingga tak sadar bahwa tubuh ini sudah 2 hari belum dibasuh karena rasa kantuk dan lelah yang sangat. Seperti dendam, rasa kantuk ini harus dibayar tuntas. Suara adzan subuh membangunkan kami yang masih lemah lunglai akibat kelelahan yang mendera selama beberapa hari terakhir dan jiwa kami yang baru memulih dari serunya kekhawatiran dan kepanikan yang membara. Melewati pagi kami makan bersama dan mendengarkan cerita mengenai pengalaman orang tua kami pada saat bencana itu datang dan kondisi mereka saat di pengungsian sementara. Saya dan kakak saya membereskan dan mengepak barang-barang didalam mobil ayah yang akan dibawa ke Banjarmasin, hingga waktu telah menandakan bahwa kami harus menuju bandara dan bertulak ke Banjarmasin. Pukul 16.45 sore kami tiba di Banjarmasin dengan selamat dan membawa cerita dan pengalaman berharga.
Bencana gempa dan tsunami yang melanda Palu dan Donggala memberi banyak pelajaran bagi kami sekeluarga. Kami anak-anak yang telah memiliki kehidupan dengan keluarga kami masing-masing dan orang tua kami yang masih menjalankan tugas Negara didaerah lain sebagai pelayan masyarakat sehingga kami tidak dapat tinggal disatu daerah yang sama. Dengan menitipkan segala hal dan termasuk orang-orang yang kita cintai hanya kepada Allah SWT membuat hati menjadi lebih damai, karena sesungguhnya Allah lah Sang pemiliki hidup dan mati setian hambanya. Jarak berkilo-kilo meter kami tempuh untuk menemukan dan membawa pulang orang-orang yang kami cintai, kami melewati empat provinsi demi orang tua kami. Kami bangga kepada ayah kami yang kuat seperti orang yang sehat pada umumnya dengan tenang dalam kondsi carut marut dan ayah harus kuat karena harus menjadi pelindung bagi ibu. Kami adalah keluarga yang tangguh karena anak-anak yang tanggu berawal dari orang tua yang tangguh. Akhirnya, pengalaman ini menjadikan kami menjadi manusia-manusia yang patut bersyukur dan harus senantiasa bersyukur kepada Sang Khalik.“ Manusia dapat berencana namun Allah yang Maha Menentukan”.

PESAN PENTING DARI BUKU SEBUAH SENI UNTUK BERSIKAP BODO AMAT

PENDEKATAN YANG WARAS DEMI MENJALANI HIDUP YANG LEBIH BAIK 10 AGUSTUS 2019 R. FARADIGMA NalarAsa Buku ini dapat membantu kita untuk ...