Sunday, April 28, 2019

GUNUNG HALAU HALAU 1.901 MDPL KALIMANTAN SELATAN

GUNUNG HALAU HALAU 1.901 MDPL
PUNCAK TERTINGGI KALIMANTAN SELATAN
22 April 2019
Riam Faradigma
NalarAsa
Gunung Halau Halau merupakan gunung tertinggi di Kalimantan Selatan yang terletak di Desa Kiyu, Kecamatan Batang Alai Timur, Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan memiliki ketinggian 1.901 mdpl. Gunung Halau Halau berada diantara tiga kabupaten diantaranya Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan dan Tanah Bumbu, jika menuju arah tenggara akan berbatasan dengan Kabupaten Kota Baru.

Gunung Halau Halau menyajikan pesona alam kalimantan yang luar biasa masih alami, hutan hujan tropis tepatnya sehingga hutannya begitu tebal dan lebat hingga meminimkan cahaya matahari yang dapat menembus hingga ke dalam hutan. Kondisi hutan yang lembab hingga tak jarang lumut menutupi permukaan batu-batu dan akar-akar pohon. Hutan yang menyajikan jutaan habitat flora dan fauna yang beragam dan eksotik. Terdapat tanaman-tanaman pohon besar yang sudah berusia puluhan hingga ratusan tahun. 

Perjalanan menuju Barabai 
Kami berempat memulai perjalanan tanggal 17 April 2019 yang bertepatan dengan penyelenggaraan pesta demokrasi. Kami berangkat dari Banjarmasin sekitar pukul 14.00 dengan menggunkan mobil dan akhirnya kami tiba di Barabai jam 19.00. Malam itu kami beristirahat di rumah sahabat, kami dijamu dengan hangat, teh hangat kemudian mendarat di atas meja tamu dan cukup memulihkan kelelahan perjalanan kami selama 5 jam dari Banjarmasin.

Melewati malam yang tenang jauh dari hiruk pikuk kota, kami terbangun pukul 05.00 ditanggal 18 april 2018. Bergegas melaksanakan shalat subuh dan kemudian merapikan barang-barang yang akan kami bawa untuk mendaki, tak lupa kami mengisi perut dengan sarapan pagi. Pukul 09.00 kami siap berangkat menuju desa terakhir yaitu Desa Kiyu. Personil kami bertambah menjadikan kami berenam siap untuk menuju puncak gunung Halau halau. Perjalanan dari Barabai menuju Desa Kiyu memerlukan waktu sekitar satu setengah jam. Kami sempatkan mengisi BBM mobil dan membeli beberapa kebutuhan untuk pendakian. Kami Tiba di Desa Kiyu pukul 11.00 dan kami mulai menanjak...

Desa Kiyu - Puncak Tiranggang - Sungai Karuh
Kami memarkir mobil di Desa Kiyu, Desa Kiyu merupakan desa terakhir sebelum kami mulai mendaki. Pukul 11.00 kami mulai mendaki melewati jembatan serta aliran sungai. diawal perjalanan kami nampak jalan yang landai, tanaman yang kerap dijumpai adalah bambu dan tanaman semak-semak. Tanah merah mulai melekat pada telapak sepatu dan sendal kami, beberapa kali kami berhenti untuk beristirahat dan mengambil air di sungai sebagai cadangan kami. Jalan mulai menanjak, tanah merah mulai jelas berpadu dengan bebatuan dan nafas kami mulai terdengar bergemuruh, tak jarang kami temukan ladang-ladang warga dalam perjalanan menuju Puncak Tiranggang. Hujan turun dalam perjalanan kami menuju puncak Tiranggang, kami membuka flysheet untuk mengamankan barang-barang dan kami bergegas memasang jaket hujan. Kami tiba di Puncak Tiranggang pukul 15.30, kami disambut dengan warung acil yang menyajikan mie instan, gorengan dan minuman. Kami beristirahat, makan dan berfoto hingga mulai berjalan kembali pada pukul 16.30 menuju Sungai Karuh. Perjalanan menuju Sungai Karuh kami tempuh sekitar tiga jam setengah, jalan yang landai dan banyak turunan sehingga memudahkan langkah kami, namun hari mulai senja hingga menuju gelap serta hutan yang semakin tebal membuat cahaya matahari semakin sedikit menembus ke dalam hutan, banyak akar-akar pohon yang basah, tanah serta batu yang basah akibat hujan disiang hari membuat suasana kurang bersahabat ditambah kelelahan yang melanda kami. Pukul 20.00 kami tiba di Sungai Karuh, kami bergegas membuka tenda, membersihkan badan dan menyiapkan makan malam. Sungai Karuh biasa dijadikan pendaki sebagai tempat camp pertama sebelum melanjutkan kehari selanjutnya untuk memulai pendakian lagi menuju puncak.

Sungai Karuh - Jumantir - Simpang Tiga Haraan
Pagi hari 19 April 2019 kami terbangun dan langsung meuju air terjun di Sungai Karuh untuk membersihkan badan kemudian sarapan dan mempersiapkan barang-barang untuk melanjutkan pendakian dihari ke dua. Kami muali pendaikan pagi itu pukul 10.00 dengan medan tanjakan yang cukup terjal, batang pohon, akar pohon, tanah becek, batu berlumut hingga terhisap hewan pacet semua itu menjadi balada dalam pendakian kami menuju Jumantir. Kami menemukan beberapa medan pendakian yang curam di pinggir tebing, batang pohon tua yang tergeletak dan mulai rapuh oleh rayap, cahaya matahari semakin minim menembus hutan dan suasana semakin lembab. Kami sampai di Jumantir pukul 13.00, sekirat 3 jam kami tempuh menuju Jumantir dari Sungai Karuh. Di Jumantir kami masak, makan siang dan beristirahat. Jumantir berada di ketinggian 1.006 mdpl.

Kami melanjutkan perjalanan menuju puncak pukul 14.00, kami lansung disambut dengan tanjakan yang cukup terjal. Tak lama kami berjalan hujan mulai mengguyur, kami menngunakan jaket hujan dan mulai berjalan. Pacet semakin banyak menyerang kaki kami, lumut semakin tebal menyelimuti permukaan batang pohon dan batu-batu. Tanjakan dan medan landai silih berganti mengiringi langkah kaki kami menuju puncak. Menjelang magrib kami beristirahat sejenak di Pohon besar yang sering disebut dengan pintu masuk Halau Halau. Perjalanan kami terhenti di Simpang Tiga Haraan karena malam semakin larut dan fisik kami sudah lelah dan perlu beristirahat, kami tiba di Simpang Tiga Haraan pukul 20.00 malam, suhu pada malam itu mulai begitu dingin. Kami makan malam kemudian beristirahat dan berencana melanjutkan perjalanan kami menuju puncak pukul 04.00 subuh esok hari.

Simpang Tiga Haraan - Lembah Cirit - Penyaungan Bini - Penyaungan Laki - Puncak
Pukul 03.45 subuh kami bangun dan mempersiapkan barang-barang secukupnya untuk dibawa ke puncak. berbekal air minum secukupnya, head lamp yang kami bawa masing-masing, tracking pool, dan jaket tebal. Hari masih gelap kami mulai memacu langkah melewati Lembah Cirit kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju Penyaungan Bini. Kami beristirahat di Penyaungan Bini sekitar jam 05.30, sekitar 30 menit kami beristirahat sambil menunggu dua rekan kami yang sedang mengambil air untuk dibawa dalam perjalanan kami ke puncak. Personil kami kembali lengkap dan kami siap mendaki Penyaungan Laki hingga puncak. Jalan menuju puncak sangat ekstrim dengan kemiringan sekitar 50͒, kami harus melewati batu-batu besar yang diselimuti lumut tebal dan akar-akar pohon yang licin. Kami harus melalui pendakian yang sulit ini sekitar satu jam setengah hingga kami mulai melihat puncak Gunung Halau-halau di hadapan kami. Pukul 07.30 kami tiba di puncak, tidak urung saya menahan air mata menetes. Rasa lelah, haru, bahagia hingga rasa tak menyangka bisa mencapai puncak tertinggi di Kalimantan Selatan. Kami memerlukan tiga hari untuk dapat berada diatas puncak tertinggi ini.

Puncak Gunung Halau Halau menyajikan pemandangan yang amat luar biasa indahnya, hamparan awan yang menggumpal putih menyelimuti tiap sisi puncak, bak negeri diatas awan. Dari puncak gunung kita dapat melihat barisan gunung-gunung Meratus. Bentangan alam yang begitu indah memberi kesan kuasa ilahi yang maha besar dan luas. Angin yang berhembus ditambah dengan udara yang dingin menjadikan suasana di puncak gunung tertinggi di Kalimantan Selatan teramat syahdu. Tidak mengunggu waktu lama kami langsung mengambil banyak foto dari berbagai garis alam. tak perlu menggunakan kamera mahal dan tak perlu aplikasi foto edit karena pemandangan alam dari puncak gunung telah memberikan keindahannya.


Dua jam kami menikmati suasan damai di puncak gunung Halau- Halau dan kemudian kami mulai bergegas melanjutkan perjalanan untuk turun menuju tenda kami di Simpang Tiga Haraan, kami berencana malam 20 April kami akan bermalam di Sungai Karuh dan tanggal 21 April kami menuju Desa Kiyu dan langsung pulang ke Banjarmasin.

Tips jika ingin melakukan perjalanan ke Gunung Halau-Halau
1. Pastikan jasmani dan rohani benar - benar sehat dan baik
2. Telah melakukan latihan fisik sebelum melakukan pendakian
3. Jangan lupa melapor dan minta izin di basecame Desa Kiyu sebelum memulai pendakian
4. Tidak merusak alam, tidak membuang sampah sembarangan, tidak merusak dan mencoret-coret
    batu dan sebagainya
5. Menjaga kesopanan dan tatakrama sesuai kearifan masyarakat setempat selama melakukan
    mendakian
6. Jangan lupa membawa jaket, SB yang dapat menghangatkan tubuh, karena puncak Halau-Halau
    sangatlah dingin
7. Bawa bahan makanan secukupnya dan yang tidak meninggalkan sampah bekas makan
8. Siapkan perlengkapan berkemah yang memadai dan jangan lupa membawa P3K
9. Jangan lupa membawa semprotan anti nyamuk yang dapat membantu mengurangi serangan
    nyamuk, serangga hingga pacet
10.Hindari perjalanan malam.. wkwkwkwkwk
11.Ambil foto perjalanan pulang dan pergi sebanyak-banyaknya



No comments:

Post a Comment

PESAN PENTING DARI BUKU SEBUAH SENI UNTUK BERSIKAP BODO AMAT

PENDEKATAN YANG WARAS DEMI MENJALANI HIDUP YANG LEBIH BAIK 10 AGUSTUS 2019 R. FARADIGMA NalarAsa Buku ini dapat membantu kita untuk ...