Sunday, September 23, 2018

"ATHIRAH' SEBUAH NOVEL YANG MENGISAHKAN SEORANG IBU YANG BERJUANG DEMI KEUTUHAN KELUARGA

"ATHIRAH" Sebuah Novel 
SEORANG IBU YANG BERJUANG DEMI KEUTUHAN KELUARGA 
23 September 2018
Riam Faradigma
NalarAsa

Novel yang berjudul Athirah yang ditulis oleh Alberthine Endah di tahun 2016 yang kemudian diangkat ke layar kaca yang difilimkan oleh Miles Films, menceritakan sosok seorang ibu yang berasal dari Bone, Sulawesi Selatan. Athirah adalah istri dari H. Kalla dan memiliki 10 orang anak dimana salah satunya yang dikenal dengan nama Yusuf Kalla. 
Novel ini mengisahkan tentang peran seorang ibu yang merawat, mendidik dan membesarkan anak-anaknya dalam kondisi hati yang terluka. Semua berawal dari pernikahan antara Athirah yang berusia 13 tahun dan H. Kalla yang dijodohkan oleh orang tua dan keluarga. Masa Athirah melahirkan anak pertama dan anak kedua serta semakin majunya usaha H. Kalla di Bone kemudian memutusakan untuk berhijrah ke Kota Makassar di tahun 50 an. Tak membutuhkan waktu lama bagi H. Kalla untuk mengembangkan usahanya di Kota Makassar, Athirah dan anak-anaknya pun diboyong ke Makassar hidup dengan sejahtera dan serba berkecukupan, terbukti bahwa rumah yang mereka diami di jalan andalas cukup besar dan kokoh. 
Hingga pada akhirnya Athirah menemukan gelagat yang tidak wajar dari suaminya. Tingkah yang tidak wajar dari H. Kalla menjawab kegelisahan Athirah bahwa suaminya memiliki istri lagi. Tak urung betapa hebatnya kepedihan hati yang dirasan oleh Athirah yang juga diketahui oleh anak-anaknya. Keluarga yang masih menjunjung tinggi paham patriarki dalam kehidupan sosial membuat segala keputusan kepala keuarga adalah hal yang menjadi acuan dan harus diterima oleh istri dan anak. Waktu terus berjalan dan  hari terus berganti Athira melewati masa-masa sulit dengan tabah karena harus menerima kenyataan bahwa ia harus hidup dipoligami, kemarahan itu ada didalam benak namun tak secuil pun disampaikan kepada anak-anaknya. Athirah tetap menjadi ibu yang baik bagi anak-anknya walau dengan hati yang terkoyak, tak pernah absen dalam menyediakan makanan dan tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri. 
Keterpurukan batin membuat Athirah menemukan energi baru untuk bangkit dan menjadi pribadi yang kuat agar tetap dapat membesarkan anak-anaknya. Energi baru yang membawa Atrirah memulai usaha menjual kain tenun sutera dan perhiasan. Ketekunan dalam menjalankan usaha menjadikan Athirah dapat meredam kepedihannya, menjadikan fokusnya untuk terus mengembangkan usahanya hingga menghasilkan pundi-pundi keuntungan, tak sedikit batangan emas yang ia hasilkan dari usaha berdagang kain dan perhiasan. Yusuf anak kedua Athirah yang menjadi lelaki dirumahnya yang dapat ia andalkan. Yusuf menemani Athirah sepanjang waktu, melewati masa-masa yang memilikukan bersama saudara-saudaranya yang lain dan menjalani masa bahagia bersama. Yusuf diberi kepercayaan untuk dapat mengelola usaha bapaknya.
Yusuf dan saudara-saudaranya hidup dalam lingkungan poligami yang awalnya sangat menyayat hati keluarga terutama ibundanya, seiring waktu berlalu Yusuf, saudara-saudaranya dan ibundanya mulai terbiasa dengan bapak yang jarang menjenguk karena lebih banyak menghabiskan waktu bersama keluarga barunya dan semakin sedikit uang yang dikirimkan bapak yang mungkin saja keluarga baru bapaknya lebih membutuhkan banyak biaya. Bukan persolan besar untuk menjalani hidup bersama ibunda dan saudara-saudaranya karena Athirah memiliki usaha yang maju dan Yusuf memegang usaha angkutan bapaknya, itu cukup untuk kelangsungan hidup keluarga mereka. 
Yusuf yang saat itu telah duduk dibangku SMA menjalani kehidupan masa remajanya penuh dengan tanggungjawab. Tak ubahnya anak-anak sebayanya, ia pun menemukan seorang perempuan yang menjatuhkan hatinya, Ida namanya. Tak mudah menaklukan hati seorang Ida yang keluarganya tidak menyetujui hubungan mereka hingga dibangku kuliah disebabkan karena latar belakang keluarga Yusuf yang berpoligami. Seperti batu besar yang menghalangi hubungan mereka hingga akhirnya membutuhkan bantuan paman Ida untuk meluluhkan hati ayahnya. Hubungan Yusuf dan Ida diterima direstui orang tua mereka sehingga pernikahan yang agung dapat tercipta. Tak sedikit wejangan yang dititipkan oleh Athirah dan H. Kalla kepada Yusuf, mungkin dikarenakan pengalaman kelam yang dirasakan oleh Athirah dan kosekuensi dari keputusan poligami yang diambil H. Kalla di masa lampau. 
Yusuf dan Ida memiliki lima orang anak dari hasil buah cinta mereka. Yusuf menjalankan usaha bapaknya hingga terus berkembang yang kini dikenal dengan Kalla Group, Yusuf melibatkan saudara-saudaranya yang lain dalam mengembangkan usaha keluarga tersebut dan ada juga saudara-saudara yusuf yang melanglang buana hingga ke negeri seberang. Ida tidak melepaskan perannya sebagai seorang ibu bagi anak-anaknya dan berperan sebagai istri yang senantiasa mendukung suaminya. Hubungan yang akrab antara Ida dan Athirah terjalin, mereka saling berbagi cerita dan pengalaman, hal itu membuat Yusuf menjadi tenang karena dia yang begitu sibuk mengurus usaha tak dapat sesering dahulu yang selalu berada di sisi Athirah untuk menemaninya. 
Ditahun 1982 Athirah berpulang keharibaan yang kuasa, yang ditahun sebelumnya Athirah telah mengalami sakit yang mengerogoti tubuhnya. keganasan kangker hati menjadi pemicu rusaknya fungsi organ hati Athirah. Penyakit tersebut membuat tubuh Athirah terus berbaring dengan perut yang membesar dan menibulkan rasa sakit. Keluarga Athirah mengizinkan dilakukan operasi untuk menghentikan derita sakit yang dialaminya walaupun dengan kemungkinan 50:50 peluang keberhasilan dan kegagalannya. Hingga selesai operasi Athirah tidak belum membuka mata, hanya alat-alat kedokteran yang membetunya untuk terus bernafas, terlihat sangat menyiksa hingga keluarga memutuskan untuk membawa pulang Athirah ke rumah dan disanalah Athirah menghembuskan nafas terakhirnya. 
Tangisan pecah, riuh dalam kekalutan yang mendalam dirasakan oleh anak-anaknya dan H. Kalla. Athirah meninggal diusianya 56 tahun, meninggalkan suami dan 10 orang anak. Kepergian Athirah membawa kesedihan yang mendalan bagi H. Kalla. Cahaya hidupnya padam dan akhirnya tiga bulan setelah Athirah wafat, H. Kalla pun berpulang ke haribaan yang kuasa. 

Banyak pesan-pesan moral yang terkandung dalam Novel ini, diantaranya:
  1. Athirah sosok ibu yang memiliki hati yang tulus, sabar, iklas dan setia
  2. Kearifan Lokal yang kental mengenai Suku Bugis
  3. Budaya Patriarki
  4. Cinta Kasih
  5. Perjuangan dan Pengorbanan
  6. Hikmah
  7. Penyesalan

No comments:

Post a Comment

PESAN PENTING DARI BUKU SEBUAH SENI UNTUK BERSIKAP BODO AMAT

PENDEKATAN YANG WARAS DEMI MENJALANI HIDUP YANG LEBIH BAIK 10 AGUSTUS 2019 R. FARADIGMA NalarAsa Buku ini dapat membantu kita untuk ...